Rabu, 04 Februari 2009

Perjalanan Jauh Melalui 3 Provinsi

Setiap hari aku bekerja ke kantor yang nun jauh di sana. Pagi pagi sekali aku harus berjalan dengan susah payah menuju kantor utama menyeberangi jalanan yang penuh dengan sepeda motor dan debu dan becek ketika hujan tiba. Tak jarang pula apabila pagi hari hujan deras menyemburkan airnya ke tubuh bumi.

Mentari pagi selalu tersenyum dan mengajakku tertawa untuk menapaki hari penuh ceria. Tanpa kenal lelah tanpa dibatasi usia untuk terus berjalan mencari rezeki. Sampai di kantor utama, aku harus menunggu bus yang biasanya terlambat 1 menit yang akan mengantarku ke kantor anak bawang di tempat yang jauh sekali. Dengan membaca bismilah, aku menaiki bus yang akan membawaku melalui 3 provinsi yaitu DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Lama perjalanan hanya 1 jam 40 menit, terkadang lebih cepat, kadang lebih lambat.

Selama perjalanan aku lebih banyak tertidur, sehingga hanya alam bawah sadar yang aku lalui. Jadi tiba-tiba aku sudah sampai di Provinsi terakhir. Lalu biasanya dibangunkan oleh rekan seperjuangan untuk turun dari bus dan memulai hari mencari rezeki. Selesai

Minggu, 01 Februari 2009

CB 100 1973 Motor Tua yang Sok Tua


Suatu waktu, motor CB 100 aku mogok. Ada sekitar 30 menit aku berusaha menyalakan motor itu dengan stater kick. Sampai pegal kakiku setelah menyelah stater kick selama 30 menit itu.

Akhirnya temanku mendatangiku dan bertanya, ada apakah gerangan. Aku jawab bahwa motor CB ku tak mau menyala. Lalu aku memutuskan untuk meminjam tool kit yang ada di motornya. Setelah itu aku mencari toolkit untuk membuka busi motor. Tak banyak pikir, langsung aku buka busi motorku. Ternyata, businya hitam pekat bagai arang. Mungkin sang busi menang melawan bensin, sedangkan bensin kalah bagai abu. Lalu aku mencoba membersihkannya dengan menggunakan tissue supaya higienis. Eh ternyata susah juga membersihkan busi pake tissue, karena busi malah membuat kotoran bagi tanganku yang bersih dan terawat.

Selama aku membersihkan motor, rupanya temanku itu berusaha untuk menyimpan motornya sedekat mungkin dengan motor tuaku. Mungkin supaya ga jauh-jauh kali ya. Memang sih letak motornya agak sedikit ke jalan aspal. Namun tiba-tiba ada mobil bak yang membawa tempat tidur dan kasur akan melalui kami. Tanpa permisi dan tanpa mimik muka yang menyenangkan dan sopan malah mendumel (ngedumel - jawa, ngutruk - sunda,-red) lalu mengatakan "bego banget sih naro motor di tengah" sambil lalu dan terus melajukan kendaraannya. Aduh betapa hancurnya perasaanku saat itu. Namun itu tidak ditujukan kepadaku namun ke temanku. Eh ternyata mobil itu berhenti tidak jauh dari rumah temanku. Hebatnya, temanku tak terusik sedikitpun oleh perkataan supir mobil bak yang tak berpendidikan itu. Sejenak aku memperhatikan mimik temanku, eh dia ga memberikan respon apa apa malah diam saja dan segera meminggirkan motornya supaya tak menghalangi kendaraan lain. Padahal jalan di situ itu adalah gang masuk ke wilayah temanku. Jadi wajar aja kalo nyimpen motornya agak makan jalan, lha wong jalannya aja sempit. Dia cool aja, dan semakin giat membantu memperbaiki motorku. Dari sini aku belajar, bahwa mendengarkan perkataan negatif itu hanya akan mempersempit kelapangan hati kita. Toh ga ada salahnya untuk tidak mempedulikan orang sekitar yang selalu memperburuk image kita.

Lalu kita berdua saling bahu membahu deh membersihkan busi motor CB ku itu. Ah CB tuaku itu bijaksana sekali, mungkin udah tua kali ya. Jadinya dia memberikan pelajaran yang berharga untukku. Biarkan Anjing! menggonggong, Aink tetap kasep dan berlalu. :)) hahahaha....