Rabu, 28 Januari 2009

Kodep, My Cat in Cinungku


Perjalanan hidup kucing ini sangatlah panjang. Semenjak aku SMU hingga aku keluar dari Perguruan TinggiK, kucing itu selalu menemani orang yang aku cintai. Kucing itu dinamai "Kodep" oleh Abahku tercinta. Mengapa dinamai Kodep?? Karena untuk mengenang orang yang memberikan kucing ini ke Abah, namanya pak Odep. Jadi tinggal menambahkan huruf "k" di depan nama Odep, yang berarti Kucing dari Odep.

Dulu pada tahun 2002an kucing ini diberikan ke Abahku, waktu itu aku masih kelas 2 SMU. Dia masih kecil dan kekanak-kanakan. Sukanya bermain-main dan loncat-loncatan, tak jarang suka mengigit-gigit pada tangan ayahku dan aku. Tapi dia nampak bahagia dan tak kurang sedikit apapun. Cahaya kebahagiaan begitu terpancar di rona matanya.

Waktu itu Uyut perempuan masih hidup, Uyutkulah yang selalu memberikannya makan. Uyut begitu mengasihi dan menyayanginya, sehingga apabila si Kodep tidak ada di rumah pada malam hari Uyut selalu berharap-harap cemas. Karena Uyut tidak mau banyak tikus di rumahnya. Si Kodeplah yang mengusir tikus-tikus di rumah Uyutku. Makanan yang dimakan si Kodep adalah nasi dan ikan Pindang. Begitu istimewanya si Kodep, karena dia khusu diberikan makanan mahal kesukaannya. Harga pindang sekitar Rp. 3500/ekor.

Setelah Uyutku meninggal dunia, Kodep pindah ke rumah nenekku tersayang. Memang sih rumah Uyut dan Nenek berseberangan, cuma dipisahkan oleh jalan tikus di Kampungku. Jadi si Kodep bermigrasi tanpa harus menggunakan kendaraan. Kodep tinggal bersama Nenek dan Abahku sama bahagianya sewaktu dia masih kecil dahulu, makanan yang disantapnya masih juga makanan yang sehat dan halal yaitu ikan Pindang. Jika tak ada Pindang, maka dia tak akan makan. Betapa manjanya si Kodep ini. Kucing Manja! Apalagi setelah dewasa, si Kodep suka sekali diinjak-injak oleh Ayahku yang sering berkunjung ke Cinungku. Apabila suara mobil atau motor ayahku menderung di depan gang Rumah, maka si Kodep akan berlari menuju ayah dan mendeprakan tubuhnya sepertti gambar berikut di lantai atau tanah atau rumput. Lalu ayah langsung menginjak-injaknya. Tentunya injakan ayah ga parah lah... lha wong seperti memijat kok. Si Kodep menikmatinya. Dasar Kucing Pemalas!!!

Pada waktu Nenekku wafat pada 14 Desember 2008 lalu, bukan keluargaku saja yang bersedih, namun si Kodep juga sama sedihnya denganku. Seperti manusia saja, dia seperti mengeluarkan air mata dari mata kucingnya. Dia keluar rumah dan diam saja di kursi sebelah rumah. Dia tak mengeluarkan suara sedikitpun. Dia diam seribu bahasa. Sungguh manisnya belang tubuhmu, namun hidungmu tak pernah belang.

Saat ini si Kodep di asuh oleh Abahku yang masih saja sedih dengan kepergian Eni-ku (Eni adalah panggilan sayang aku kepada nenek). Setidaknya Abah memiliki hiburan dengan keberadaan si Kodep. Abah masih saja setia memberikan makanan Nasi Pindang ke si Kodep. Dasar Kucing! Dasar Kodep!

Perjalanan Menuju Cinungku

Jika sekarang aku hidup di Jakarta Raya yang katanya Ibu Kota Negara Republik Indonesia, maka jika aku pulang ke Cinungku harus naik bus menuju Subang. Jurusan bus itu adalah Kampung Rambutan - Subang atau Lebak Bulus - Subang. Sedangkan nama busnya antara lain Warga Baru atau Kramat Djati. Sedangkan ongkos bus tersebut sebesar Rp. 17.000 s.d. Rp. 17.500 (kisaran ongkos pada Januari 2009).

Saat ini aku berada di antara daerah Ragunan - KKO Cilandak. Jika aku pulang maka aku naek angkot menuju perempatan KKO Cilandak di atas tol termahal di Jakarta Selatan. Lalu aku naek bus Kopaja 605 atau Koantas Bima 509 menuju Kampung Rambutan. Ongkos dari Perempatan KKO Cilandak sampai Jalan Baru adalah Rp. 3000 (kisaran ongkos pada Januari 2009). Lho, mengapa tidak turun di Terminal Kampung Rambutan??? Jawab: Soalnya Terminal Kampung Rambutan sangat rawan dari Pencopet dan Penodong. Aku punya pengalaman buruk di Kampung Rambutan, waktu itu aku duduk di kursi paling belakang di Bus Warga Baru kelas ekonomi. Lalu pada saat bus mulai berjalan merayap, sekelompok pengamen naek sekitar 8 orang dan menodongkan topi mereka di dada aku. Aku merasa tertekan, lalu aku keluarkan uang Rp. 1000. Eh ternyata mereka ga mau pergi, tapi setelah sekian lama, merekapergi juga. Setelah aku cek uang ongkos di saku kemeja aku, uangku sudah raib. Untung aja dompet dan hapeku masih tersimpan aman.

Dari Jalan Baru, aku menunggu bus jurusan Subang. Di sana aku harus jaga diri (mawas diri) apabila ada copet mendekat atau penodong atau penipu jenis lain. Apabila bus sudah ada, aku buru-buru naek. Lalu bus akan menuju Cawang untuk mencari penumpang lainnya. Di Cawang aku juga harus mawas diri agar tidak terjerat oleh penjahat yang sampai saat ini masih berkeliaran bebas. Katanya polisi sudah melakukan pengamanan di seluruh daerah rawan kejahatan?? Jawaban: Penjahat itu sudah memberikan tulang yang digigit oleh polisi agar polisi pergi jauh tidak menangkap penjahat lagi. Biasanya bus akan mengetem selama -+ 30 menit, waktu segitu serasa di neraka aja, soalnya banyak pedagang yang suka memaksa dan pengamen yang suka menodong. Tapi semuanya kunikmati agar wajahku tetap awet muda. Jika aku pikirkan pasti aku akan tampak tua sekali.

Setelah dari Cawang, maka bus akan langsung masuk tol Cikampek. Selama di tol itulah saat yang aman, para pengamen dan pedagang sudah berkurang. Tapi harus tetap siaga, karena biasanya ada saja pedagang buah-buahan atau dodol yang suka memaksa penumpang agar membeli dagangan mereka.

Perjalanan menuju Subang sangatlah lama, sekira 3 jam 40 menit 2 detik. Itu waktu perjalanan standar, tidak cepat dan tidak lambat. Selama di bus, aku bisa tidur atau menikmati pemandangan alam. Bus akan berhenti menurunkan penumpang di Kota Subang. Dari kota Subang, aku naek Elf atau Angkot menuju Ciater. Ciater merupakan tempat wisata pemandian air panas. Mungkin familiar bagi Anda yang pernah menuju sana.

Tarif dari Subang menuju Ciater sekira Rp. 6000 (estimasi Januari 2009). Angkot yang kunaiki biasanya berjalan lambat. Ya sekira 50 menit aku berada dalam angkot itu. Angkot akan menurunkanku di Desa Palasari Kecamatan Ciater Kabupaten Subang.

Dari Palasari, aku menaiki ojeg agar mengantarku ke Kampung Cinungku. Rumahku adalah rumah paling awal di Kampung Cinungku. Apabila berkenan mampir ke rumahku, letaknya dekat sekali dengan sungai yang di atasnya terdapat gapura selamat datang ke Kampung Cinungku. :)