Rabu, 04 Maret 2009

Pengamen Aman di Wilayah Sadang Purwakarta


Seperti biasa untuk melepas penat kerja berminggu-minggu di Jakarta, saya pulang ke Cinungku. Naek dari puteran Jalan Baru Kampung Rambutan supaya bisa memilih bus yang nyaman dan aman. Aku memilih bus Kramat Djati, soalnya busnya bersih dan AC-nya lebih baik dan terpelihara dengan harga yang sama seperi bus Warga Baru nonAC yang ruwet tak karuan. Di bus saya duduk manis menikmati perjalanan yang belum tentu menyenangkan. Karena pengamen selalu dengki apabila ada penumpang yang lagi senang hatinya.
Pada saat bus keluar tol Sadang, saya terbiasa bangun dari nikmatnya tidur siang di Bus. Karena biasanya kenyamanan di luar jalan tol selalu terusik dengan adanya penumpang yang turun di jalan, tukang dagang, dan pengamen yang naik dari perempatan traffic light atau pasar. Seperti biasa, bus pasti terkena lampu merah di perempatan STS Sadang. Pasti kena lampu merah dan itu pasti. Lalu segerombolan penumpang akan turun dari Bus bertabrakan dengan segerombolan tukang asongan yang akan naek ke dalam Bus. Semuanya terjadi begitu cepat, dalam hitungan 20 detik semuanya sudah berjalan seperti biasa. Setelah lampu hijau menyala, bus akan bergerak cepat menghindari lampu merah yang akan menyala dalam waktu 75 detik setelah lampu hijau menyala. Lalu bus akan berhenti lagi di tengah jalan 50 meter dari perempatan tadi untuk menaikkan penumpang yang akan menuju Subang. Nah pada saat itulah para pengamen akan naik dengan menyamar sebagai penumpang.
Bus bergerak meninggalkan tempat pemberhentiannya. Dalam waktu 57 detik, para pengamen mulai melakukan salam manisnya dan membuka acara menyanyikan lagu Sunda. Lagu tersebut dimainkan dengan menggunakan Gitar dan Gendang. Weleh-weleh nampaknya pengamen menyanyikan lagu yang mengenakkan hati. Cara menyanyikan juga begitu sopan dan bersahaja, sehingga tidak mengusik ketenangan penumpang bus. Begitu juga pada saat meminta uang recehan, mereka tidak memaksa untuk mendapatkan uang receh. Tidak seperti pengamen Jati Bening, Cawang, dan Rambutan yang selalu memaksa meminta uang.
Wah dengan lagu yang mengenakkan, jadinya puas. Saya pun tak ragu-ragu untuk mengeluarkan uang receh dengan tulus hati. Itu namanya pengamen profesional sehingga tidak meresahkan penumpang bus. Lalu pengamen itu turun di wilayah Pasar Cipeundeuy. Tak terasa akhirnya saya harus sudah turun di pom bensin Subang karena ingin kencing. Lalu melanjutkan perjalanan menuju Cinungku.